Senin, 07 Januari 2013

Kisah Bruce Lee, Sang Legenda Beladiri

Ia dikenal sebagai bintang film kungfu yang legendaris. Film-filmnya telah mengantarkannya pada posisi puncak di industri perfilman dunia. Tetapi bagi penggemarnya ia tak sekadar bintang film, ia seorang filsuf yang kata-kata bijaknya sangat memotivasi.


Kita mengenalnya sebagai Bruce Lee. Hampir sulit menemukan orang yang tak mengenal Bruce Lee saat ini. Bahkan ketika ia sudah meninggal berpuluh-puluh tahun lalu, anak zaman sekarang pun mengenal Bruce Lee. Mereka mungkin tak melihat film-filmnya yang fenomenal. Tapi itu tak memutus mereka untuk mengetahui siapa Bruce Lee.

Pria kelahiran San Francisco, Amerika Serikat, 27 November 1940 ini memiliki nama asli Lee Jun Fan. Orangtuanya adalah pasangan suami-istri Lee Hoi Chuen - Grace Lee (seorang perempuan keturuan Jerman-Asia) yang aktif di bidang bisnis pertunjukan. Ayahnya seorang bintang dari Opera Canton, sebuah perusahaan yang mengkhususkan diri menampilkan pertunjukan dan musik Tionghoa. Bruce Lee kebetulan lahir di San Francisco karena orangtuanya saat itu sedang melakukan pertunjukan keliling di Amerika Serikat.

Dia lahir pada tahun naga dan pada jam naga. Hal inilah yang membuatnya mendapatkan nama Lee Siu Liong atau Naga Kecil dari para penggemarnya. Salah seorang dokter di rumah sakit tempatnya lahir, Chinese Hospital, di Chinatown, San Francisco, Dr. Mary Glover, memberinya nama Inggris “Bruce”. Tetapi nama itu tak pernah dipakainya hingga Bruce masuk ke La Salle College di Hong Kong beberapa tahun kemudian.

Orangtuanya kembali ke Hong Kong ketika Bruce Lee berusia tiga bulan. Perubahan udara membuat Bruce Lee kecil hampir tak dapat menyesuaikan diri. Untuk beberapa waktu lamanya dia selalu sakit-sakitan. Karena sering sakit-sakitan itu ketika memasuki usia 7 tahun orangtuanya mengikutkan Bruce Lee latihan Tai Chi.

Kondisi masa kecil yang sering sakit-sakitan itu kontras dengan kebugarannya saat dewasa. Dalam bukunya, Bruce Lee King of Kungfu, Linda Lee, istri Bruce Lee, menggambarkan semua ini. “Aku mengetahui banyak penggemar Bruce Lee yakin dia lahir dengan badan yang istimewa. Banyak di antara mereka tidak percaya ketika kujelaskan bahwa Bruce Lee membentuk fisiknya yang terkenal itu melalui latihan-latihan yang ketat dan kemauan keras, melalui latihan-latihan yang berdisiplin tinggi. Sebagai seorang anak, dia tidak pernah makan banyak dan lama dia tetap kurus, malah hampir kurus kering”.

Melalui latihan Tai Chi, Bruce Lee mulai mengenal ilmu beladiri. Pelan-pelan kepercayaan dirinya tumbuh. Bahkan ia sering mempraktikkan ilmu beladirinya di jalanan. Karena itu berkelahi di jalanan bukan hal aneh baginya. Ayahnya sampai kewalahan menghadapi kenakalannya itu.

Tahun 1954 Bruce Lee kalah berkelahi. Rupanya ini sangat memukulnya. Untuk menambah kemampuannya berkelahi ia mencari guru beladiri. Ia bertemu dengan Yip Man yang mengajarkan ilmu beladiri Wing Chun. Yip menjaga murid-muridnya untuk tidak berkelahi di jalanan. Sebagai gantinya ia meminta mereka untuk berkelahi dalam kompetisi-kompetisi resmi.

Namun ternyata murid-murid lain di perguruan itu menolak berlatih dengan Bruce Lee karena setelah mempelajari silsilah keluarga Bruce Lee, ternyata ia bukan asli China, ada unsur Eropa dari ibunya. Bruce Lee akhirnya berlatih secara privat dengan Yip Man. Ia berlatih sepenuh hati di rumahnya dan tak kenal lelah.

Sayangnya, sekolahnya kurang berhasil. Bruce Lee masuk SMP dan SMA di La Salle College pada tahun 1952. Tetapi karena nilainya jelek dan juga sering membuat onar, orangtuanya memindahkannya ke St Francis Xavier’s College.

Walaupun begitu kebiasaannya berkelahi di jalanan tak membuatnya jera. Pada tahun 1959 ia dipanggil polisi karena suatu perkelahian. Pada saat itu perkelahian di jalanan biasa dilakukan oleh anak-anak remaja Hong Kong. Akan tetapi orangtuanya mengkhawatirkan masa depannya sehingga diputuskan untuk mengirimnya sekolah di Amerika Serikat pada tahun itu juga.

Bruce Lee melanjutkan SMA-nya di Seattle, AS dan tamat pada tahun 1960. Tahun 1961 ia melanjutkan kuliah diUniversity of Washington dengan mengambil jurusan psikologi. Di sinilah ia bertemu Linda Emery yang kemudian jadi istrinya.

Selain menempuh pendidikan psikologi, ia memiliki ketertarikan begitu tinggi pada ilmu filsafat. Sampai-sampai ia mengoleksi banyak buku dan membacanya setiap saat. Tokoh-tokoh yang ia pelajari bukunya dan memengaruhinya antara lain Lao Tzu, Chuang Tzu, Sun Tzu, Confusius, Socrates, Plato, Benedict de Spinoza, Rene Descartes, David Hume, Jiddu Khrisnamurti, Daisetz T. Suzuki, Alan Watts, Napoleon Hill, Norman Vincent Peale, W. Clement Stone, Maxwell Maltz , dan sebagainya.

Dari kegemaran membaca ini ia memiliki pengetahuan luas. Ia tak hanya belajar kekuatan dan ilmu beladiri, tetapi juga belajar kehidupan dan kebijaksanaan. Tutur katanya begitu memukau. Menurut istrinya, siapapun yang berbicara dengannya, dalam waktu beberapa menit saja sudah bisa tertarik padanya karena kemampuan bicaranya yang luar biasa: indah, filosofis, dan bijaksana.

Sebenarnya bukan dari membaca saja ia menyerap ilmu. Dari alam sekitar pun ia mendapatkan ilmu kebijaksanaan. Ketika tengah merenung di sebuah jung (perahu khas Hong Kong), ia mendapat inspirasi dari air. Ia menepuk air lalu memercik mukanya. “Air itu benda yang lembut, namun bisa menembus benda-benda terkuat sekali pun di dunia,” katanya. Air juga bisa mengikuti bentuk yang ditempatinya, sehingga memudahkannya beradaptasi. Filosofi air ini yang mendasarinya mengembangkan ilmu beladiri Jeet Kune Do.

Jeet Kune Do secara resmi baru ia munculkan tahun 1967. Namun ia sudah mulai melatih kungfu ketika masih menjadi mahasiswa di Seattle. Ia menghimpun teman-temannya menjadi muridnya.Namun pada tahun 1964 ia pindah ke Oakland. Di sana bersama seniornya yang terpaut 23 tahun lebih tua, James Yimm Lee, seorang ahli beladiri, mendirikan perguruan baru bernama Jun Fan. Berkat James Yimm Lee inilah ia berkenalan dengan Ed Parker, seorang ahli beladiri Amerika yang mengorganisir Long Beach International Karate Championships, kompetisi karate internasional. Dari perkenalan itulah Bruce Lee ditemukan Hollywood.

William Dozier, produser film seri TV, tertarik padanya dan mengundangnya untuk mengikuti audisi. Bruce Lee kemudian menggarap film Hollywood untuk televisi. Ia membintangi serial The Green Hornet sepanjang 26 episode.

Sebagai bintang laga, suatu kali ia ditantang seorang China perantauan yang tangguh. Orang itu tak setuju Bruce Lee mengajarkan ilmu beladiri kungfu pada orang asing (non-China) di Amerika. Ia menantang Bruce Lee dengan taruhan, jika Bruce Lee kalah, ia harus menutup sekolah beladirinya. Pertarungan pun berlangsung dan Bruce Lee gagal dalam pertarungan itu. Dari sinilah ia menemukan satu hal, bahwa mengandalkan ilmu beladiri tradisional dalam praktiknya terlalu formal. Itu tak cocok untuk pertarungan jalanan. Ia kemudian memutuskan untuk mengembangkan sistem sendiri yang menekankan pada “kepraktisan, fleksibilitas, kecepatan, dan efisien”. Dari sinilah ide Jeet Kune Do itu lahir.  

Bruce Lee Sebagai Pelopor Konsep Mixed Martial Arts
 Beberapa pakar MMA modern menyebut-nyebut Bruce Lee sebagai pelopor konsep MMA. Sebagai praktisi seni bela diri, Bruce Lee menerapkan sebuah filosofi bertarung, dimana mengkombinasikan gerakan dari aliran bertarung yang berbeda dapat memberikan keunggulan bagi petarung.. Filosofi ini terangkum dalam sebuah aliran yang dinamakan "Jeet Kune Do" oleh Bruce Lee. Bruce Lee juga berpendapat bahwa petarung yang baik mampu beradaptasi dengan gaya bertarung milik lawannya. Peran Bruce Lee sebagai pelopor konsep MMA diketahui oleh presiden UFC, Dana White, yang menyebut Bruce Lee sebagai "Bapak MMA".

Karier di Dunia Film

Dalam hal pertunjukan hingga tahun 1971, ia masih terlibat dalam film-film televisi. Namun di samping menggarap film televisi, ia juga membuat film layar lebar yang ia mulai dengan Marlowe di Hong Kong pada tahun 1969. Setelah itu lahirlah film-film fenomenalnya yang berpengaruh di Hollywood dan dunia yaitu The Big Boss(1971), Fist of Fury (1972), Way of The Dragon (1972), Enter the Dragon (1973), dan Game of Death.

Film Game of Death tak berhasil ia selesaikan karena Bruce Lee keburu meninggal secara mendadak pada 20 Juli 1973. Penyebab meninggalnya begitu misteri, sampai-sampai Linda, istrinya, tak percaya. “Aku benar-benar terkejut tetapi tidak dapat mengatakan bahwa aku terpukul karena Bruce selalu saja terlibat pada hal-hal yang tak diduga. Hanya saja dalam waktu tiga bulan sebelumnya, tanggal 10 Mei, dia kolaps di studio dan harus diangkut ke rumah sakit tetapi dengan cepat ia sembuh. Kemudian tes kesehatannya di Los Angeles menunjukkan bahwa dia tidak apa-apa. Dokter itu meyakinkan, dia benar-benar sesehat anak umur delapan belas tahun.” Namun kali ini Linda harus menerima kenyataan lain, Bruce Lee benar-benar pergi untuk selama-lamanya.

Hingga kini kematian Bruce Lee masih jadi misteri. Meski begitu, kematiannya saat ia berada di puncak kariernya pada usia emasnya, 32 tahun, membuatnya dikenang sebagai anak muda yang luar biasa. Ia tak tergantikan. Ia adalah legenda. Ia dikenal bukan semata sebagai bintang film, tetapi ahli seni beladiri, filsuf, sutradara, guru beladiri, penulis, dan pembelajar sejati. Kita mengenangnya tak hanya dari film-filmnya tetapi dari kata-katanya yang penuh makna, inspiratif, dan memotivasi yang tersebar di berbagai literatur.

Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Topi dan Kaos Custom

Entri Populer