Minggu, 29 April 2012

Cara Tepat Membersihkan Busi Motor

Meski bentuknya kecil dan terlihat sepele, busi bagi motor atau mobil memiliki fungsi penting. Peranti ini bertugas memantikkan api listrik dalam sebuah rangkaian proses pembakaran bahan bakar dan udara di mesin.


 
Bila tidak ada api, proses pembakaran tidak akan terjadi. Mesin pun tidak bakal aktif alias mogok. “Namun, sedikit sekali orang yang peduli atau menyadari merawat busi. Mungkin karena jarang bermasalah,” tutur Iswadi, mekanik Ultima Motor, Sumur Baru, Cempaka Putih, Jakarta Pusat.

Selain rutin membersihkan kerak yang ada di bagian kepala busi, Anda juga wajib menyetel ulang kerenggangan antara elektoda dan kepala busi. Hal itu dimaksudkan agar percikan atau letupan bunga api yang dihasilkan busi bisa ajek atau konstan.

Memang, dua cara di atas selama ini telah kerap dilakukan oleh hampir setiap orang yang memiliki sepeda motor dan pernah mengalami gangguan pada busi. Hanya, tidak sedikit cara pembersihan tersebut ternyata tidak tepat.

Lantas, seperti apa cara membersihkan busi yang tepat? Apa saja akibat dari ketidaktepatan perlakuan itu? Berikut penjelasan Iswadi.

1. Jangan mengampelas elektroda.

Selama ini orang sering mengampelas bagian elektroda dan kepala busi saat membersihkan kotoran yang menempel di bagian tersebut. Memang, cara seperti itu tidak salah. Toh, hasilnya memang terbukti ampuh karena busi langsung memantikkan api yang lumayan besar.

“Tapi, bila cara seperti dilakukan tidak hati-hati, justru akan memperpendek umur busi,” ujar Iswadi.

Pasalnya, akibat gesekan kertas ampelas dengan elektroda mengakibatkan lapisan pada elektroda menipis. Akibatnya Anda harus kerap menyesuaikan tingkat kerenggangan antara kepala busi dan elektroda.

Cara yang dianjurkan adalah membersihkannya dengan sikat dari kawat. Lakukan beberapa kali hingga benar-benar bersih.

2. Akibat memaksa elektroda yang tipis dengan kepala busi

Bila elektroda menipis, berarti Anda juga harus mendekatkan elektroda dengan kepala busi. Padahal, jarak yang tidak ideal antarkeduanya--atau terlalu dekat--justru akan menyebabkan busi cepat panas atau overheating.

Jarak yang ideal adalah 0,8 milimeter (mm) atau maksimal 0,6 mm. “Bila terlalu rapat lantaran elektroda terlalu dekat dengan kepala--karena sudah tipis--putaran mesin juga berat. Akibatnya mesin mengelitik,” tutur Iswadi.

Tanda busi yang overheating adalah terdapat kotoran berwarna kekuningan. Selain itu, elektrodanya juga berwarna keunguan.

Namun, bila elektroda sudah tipis dan meskipun tetap menjaga kerenggangan 0,8 mm, hal itu akan tetap menimbulkan masalah. Percikan api tidak sempurna, sehingga stasioner mesin tidak stabil dan koil cepat mati.

“Elektroda yang sudah tipis sama seperti jarak yang renggang. Akibatnya koil dipaksa bekerja lebih keras,” tutur Iswadi.

3. Hindari merendam busi di bensin atau minyak tanah.

Kebiasaan lain yang juga kerap dilakukan oleh pemilik kendaraan saat membersihkan busi adalah merendam terlebih dahulu peranti itu dengan bensin atau minyak tanah. Tujuannya agar kotoran yang menempel di peranti itu cepat rontok.

Memang, cara seperti itu tidak salah. Hanya, kurang tepat. “Cara seperti itu justru memperpendek usia busi,” kata Iswadi lagi.

Meski minyak dan bensin cepat menguap dan badan busi terbuat dari bahan keramik yang keras, tidak tertutup kemungkinan unsur-unsur di bensin atau minyak meresap ke bagian dalam busi.

Selain itu, unsur-unsur pada bensin atau minyak tanah itu justru cepat memicu munculnya kotoran. Bila kotoran menumpuk, busi akan cepat aus.

Karena itu, bila ingin membersihkan kotoran pada busi disarankan untuk menyikatnya dengan sikat dari kawat. “Memang dibutuhkan kesabaran, tapi hasilnya lebih maksimal,” ucap Iswadi.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Topi dan Kaos Custom

Entri Populer