Rabu, 05 Desember 2012

Meluruskan Sejarah Dangdut

Fakta sejarah menunjukkan, jika musik dangdut -setelah mengalami pengayaan sedemikian rupa dari berbagai unsur musik asli Indonesia- dan mengakar dari budaya Melayu (Deli Serdang, Sumatera Utara), adalah musik asli Indonesia. Demikian dikatakan raja dangdut Rhoma Irama dalam seminar Sejarah Dangdut di Jakarta, Sabtu (21/4/2012).


Dia bercerita, pada sebuah masa, ketika nama dangdut yang pada awalnya dialamatkan untuk mengejek musik orkes Melayu, yang pada saat itu dimainkan oleh Soneta dan beberapa nama grup lainnya. Oleh karena itu, dia berpikir keras untuk melakukan revolusi kepada musik orkes Melayu, "Agar tidak melulu dijadikan bahan olok-olok," katanya.

Bahkan saking tingginya tensi perseberangan musik orkes Melayu dengan musik rock misalnya, -yang pada waktu itu menurut dia ditelan mentah-mentah anak muda di Indonesia-, "Ketika saya dan Soneta main di Bandung, pernah yang terjadi adalah hujan batu," katanya. Tapi, imbuh dia, saya pasang badan. Sebelum akhirnya peperangan antarmusik dangdut dan rock didamaikan oleh Yapto (Soerjosumarno) ketika pada waktu itu, dalam sebuah konser, Yapto mempertemukan Soneta dan Godbless.

Dan setelah sekian waktu berjalan, akhirnya dia bersyukur, musik dangdut akhirnya telah diterima semua kalangan. Meski demikian, Rhoma tetap meminta semua kalangan seniman dan pencinta dangdut untuk terus memperjuangkan dangdut, "Kalau tidak kita perjuangkan, nasibnya akan sama seperti keroncong, pelan-pelan hilang," katanya.

Unesco

Oleh karena itu, Rhoma mempunyai upaya agar musik dangdut diakui dunia sebagai warisan budaya tak benda asli Indonesia. "Mumpung saya masih hidup, tolong bawa dangdut ke Unesco, karena saya dapat mempertanggung jawabkannya (keahliannya)," katanya.

Hal sedikit berbeda dikatakan pemerhati musik Bens Leo, yang mengatakan, klaim dangdut berbasis musik Melayu hingga dianggap sebagai salah satu musik asli Indonesia, adalah belum cukup. Meski dia tetap mengakui jika Soneta Grup adalah, "Bangunan kokoh formasi band dangdut," katanya. Dengan menyandarkan performa musik yang unik dan langka, yaitu modernitas. Yaitu dangdut dengan brass section (sesi alat musik tiup) gitar, kibor, backing vokal, plus kostum dan koreografi yang menarik, juga dukungan tata lampu dan tata suara. Juga menyerap berbagai musik yang identik dengan musik rock, membuat dangdut tampil lain, dan berkelas.

Di luar nama Rhoma, papar Bens, Reynold Panggabean -mantan drummer The Mercys's- dengan Tarantula-nya juga dapat dikatakan sebagai pembaharu musik dangdut. "Yaitu dangdut latin," katanya. Intinya, Bens ingin mengatakan, harus ada penelitian lebih komprehensif untuk menguatkan pendapat Rhoma. Meski Prof. Dr. Andrew Weintraub, guru besar musik pada Pittsburgh University, AS, mengatakan, "Tidak diragukan lagi musik dangdut memang asli Indonesia," katanya.

Andrew, yang dikenal sebagai peneliti dan penulis buku sejarah dangdut Indonesia itu, mendasarkan penelitiannya, serta yang diperkuat dengan testimoni beberapa pelaku sejarah dangdut seperti nama Husin Audah, "Yang akhirnya memang membuat saya berkesimpulan, dangdut adalah asli Indonesia." Dengan demikian dia mendukung langkah PAMMI (Persatuan Artis Musik Melayu-Dangdut Indonesia) dan instansi terkait, seperti Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, untuk mengusulkan musik dangdut sebagai warisan budaya tak benda ke Unesco.

Andrew bahkan mengusulkan agar PAMMI bekerja sama dengan berbagai universitas di Indonesia, dalam rangka penelitian, "Supaya kita tahu sejarah dangdut yang akurat. Supaya kita bisa bikin tentang dangdut sebanyak 1000 judul lebih," katanya. Dia menambahkan, di AS sendiri penikmat musik dangdut telah berkembang sejak tahun 2007.

Hal itu diperkuat kesaksian Fauzi Bowo, mantan Gubernur DKI Jakarta yang mengatakan, ketika nongkrong di Cambridge University, "Ada beberapa mobil yang melajukan mobilnya sembari menyalakan musik dangdut," katanya. Itu membuktikan, imbuh dia, musik dangdut telah mengglobal.

Oleh karena itu, dia mendukung gerakan "Dangdut goes to Unesco". Sebab, "Saya kawatir kalau kita tidak menunjukkan kecintaan kita kepada musik dangdut, saya khawatir akan diakui negara lain," katanya.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Topi dan Kaos Custom

Entri Populer