Oleh: Edy Zaqeus
Penerbit: Kintamani Publishing, 2009
Tebal: xiv + 202 hal
Ukuran: 16 x 23,8 cm
ISBN: 978-979-19074-1-5
Harga: Rp125.000 (hard cover)/Rp80.000 (soft cover)
PENDAHULUAN
Buku ini berangkat dari gagasan yang teramat sederhana, bahwa salah satu cara yang bisa kita tempuh untuk memerangi pengangguran dan kemiskinan di negeri ini adalah dengan menempuh jalan entrepreneurship, kewirausahaan, atau kewiraswastaan. Mengapa jalan kewiraswastaan? Sebab, inilah jalan yang—sepanjang sejarah peradaban manusia—terbukti mampu menggerakkan perekonomian suatu masyarakat, bangsa, atau negara. Jalan ini pula yang telah melahirkan bangsa-bangsa besar, maju, mapan, dan makmur secara ekonomi.
Namun yang tak kalah pentingnya, jalan kewiraswastaan adalah cara-cara yang bisa dijalankan oleh hampir setiap individu yang memang tergerak untuk melakukannya. Inilah jalur bagi siapa saja yang ingin memperbaiki kehidupannya. Semua orang, berangkat dari tingkatan sosial ekonomi apa pun, bila menginginkan untuk menjalankannya, ya pastilah ada peluang dan kesempatan.
Berikutnya, setiap berlangsungnya sebuah usaha atau bisnis, biasanya akan mendatangkan efek ikutan berupa terserapnya tenaga kerja dan sumber daya ekonomi, serta rentetan usaha-usaha lainnya. Semua seperti terkoneksi membentuk suatu rantai, jejaring, atau bahkan suatu sistem interdependensi, dan bersama-sama menggerakkan roda ekonomi suatu masyarakat.
Persoalannya kemudian, bagaimana cara berwiraswasta itu? Bagaimana supaya jalan wiraswasta bisa mengurangi atau bahkan menghilangkan pengangguran dan kemiskinan? Lalu, kalau ditarik ke tataran lebih besar, bagaimana caranya menggerakkan masyarakat supaya mau memilih jalan wiraswasta sebagai salah satu pilihan untuk meningkatkan kehidupan mereka?
Pertanyaan-pertanyaan besar tersebut coba dijawab oleh buku ini dengan mengetengahkan pengalaman dan gagasan-gagasan seorang pengusaha agroindustri yang sukses, yaitu Bob Sadino, pendiri Kemchicks Group. Sebagaimana yang kita kenal, Bob Sadino adalah seorang pengusaha yang benar-benar berangkat dari nol, tetapi kemudian berhasil mengembangkan bisnisnya hingga besar dan bertahan hingga lebih dari 40 tahun. Itulah sebabnya, ia tergerak untuk berbagi pengalaman dan gagasan tentang kewiraswastaan supaya semakin banyak lagi orang mau menekuninya.
Semula, buku ini dirancang sebagai sebuah buku panduan kewiraswastaan yang berisi tuntutan atau cara-cara menjalankan usaha. Tetapi, dalam perjalanan penggalian materi buku ini, ditemukan sesuatu yang lebih esensial lagi selain soal cara dan teknik berbisnis. Apa itu? Temuan itu adalah tentangmindset atau kerangka berpikir seorang entrepreneur atau wiraswastawan sejati. Soal mindset wiraswasta ini menjadi begitu penting mengingat entrepreneurshipatau kewiraswastaan sesungguhnya adalah sebuah pilihan hidup yang lengkap dengan pranata dan nilainya yang khas sekali.
Ketika kewiraswastaan difokuskan ke masalah mindset, maka terkuaklah segala “penyakit” yang menyebabkan bidang ini belum menjadi pilihan utama masyarakat kita, yang sejatinya butuh kendaraan-kendaraan “tercepat” untuk meningkatkan taraf hidupnya. Dan, di sinilah, serta melalui buku inilah, kita akan dapatkan sumbangan pemikiran Bob Sadino yang cukup berarti, semisal tentang konsep kompetensi bernama Roda Bob Sadino (RBS), konsep kematangan spiritual bernama Lingkaran Bob Sadino (LBS), serta sandaran-sandaran bagi calon wiraswastawan.
Tidak itu saja, melalui galian-galian jurnalistik, buku ini menyuguhkan pemikiran-pemikiran Bob yang begitu sederhana tentang perbaikan sistem pendidikan kita. Dengan konsep RBS kita bisa menelusuri masalah-masalah paling mendasar dalam sistem pendidikan sekarang. Tak lupa, gagasan-gagasan Bob tentang langkah-langkah apa yang bisa dilakukan supaya makin banyak “orang kampus” menempuh jalan wiraswasta.
Lalu, bagi pembaca yang membutuhkan kiat-kiat sukses ala Bob Sadino, buku ini juga memberikan sebagian kecil saja dari begitu banyaknya pengalaman sukses tokoh agrobisnis sekaligus selebritis ini. Sebab, bila sudah menyangkut cara sukses berwiraswasta, Bob lebih suka mendorong orang supaya berani belajar dari pengalamannya sendiri, serta menemukan cara-cara terbaik dari pengalaman tersebut. Ini merupakan tantangan dan lecutan khas ala Bob Sadino.
Soal sandaran spiritual bagi wiraswastawan juga menjadi bagian dari pemikiran Bob Sadino yang coba ditawarkan kepada kita semua. Tanpa sandaran spiritual, yang akan dibahas dalam bab mengenai Lingkaran Bob Sadino (LBS), maka pastilah ada yang kurang dalam diri si wiraswastawan. Tanpa dimensi spiritual, keseimbangan—sebagai suatu kondisi ideal dalam bidang apa pun—tidak akan bisa dinikmati. Dan, itu bisa berarti berkurangnya “kenikmatan” menjadi seorang wiraswasta sejati.
Gagasan menjadikan wiraswasta sebagai suatu gerakan nasional untuk membangkitkan perekonomian Indonesia ternyata juga tidak bisa lepas dari dimensi ketatanegaraan. Sekilas, tampak agak jauh relevansinya dengan tema kewiraswastaan. Tetapi, melalui galian yang cermat, akhirnya terkuak betapa gerakan wiraswasta nasional membutuhkan seorang pemimpin nasional yang berlatar belakang wiraswasta, atau pastinya memiliki jiwa kewiraswastaan (entrepreneurship). Dan, justru pada topik bahasan inilah Bob telah memberikan sumbangan-sumbangan gagasan kepemimpinan ideal yang tampaknya malah sering lepas dari perhatian kita semua.
Akan tetapi, perlu digarisbawahi di sini, Bob Sadino adalah sosok yang unik, nyeleneh, fenomenal, dan memliki gaya yang khas dalam membeberkan gagasan-gagasannya. Bahkan, sebagaimana terukir sebagai judul buku ini, memang tak sedikit orang yang menganggap Bob Sadino itu gila! Sebagian dari kita yang pernah mengenali Bob secara langsung, baik dari sosok penampilan, cara bersikap, atau cara berbicaranya, barangkali cukup mafum dengan segala kontroversi yang diciptakannya.
Tetapi, bagi pembaca yang mungkin baru pertama kali berkenalan dengan Bob melalui buku ini, peringatan perlu disampaikan. Bahwa, akan ada kejutan-kejutan kecil di buku ini, yang mungkin membutuhkan kearifan serta perenungan sebelum sembarang kesimpulan dijatuhkan. Walaupun, Bob sendiri tidak pernah mau peduli dengan apa pun penyimpulan dan penyebutan khalayak atas dirinya. Termasuk sebutan “gila”, yang menurutnya justru merupakan suatu bentuk “kekaguman” terselubung atas kiprah dan pemikirannya.
Terakhir, perlu ditekankan pula di sini, bahwa buku ini hanyalah buku sederhana yang cuma bisa mencatat atau mengulas kulit-kulit luar dari kedalaman buah pikiran seorang Bob Sadino. Siapa pun pembaca buku ini, yang sebelumnya pernah kenal, berbincang, berdiskusi, atau bahkan berkerja sama dengan Bob Sadino, pasti bisa merasakan kurangnya buku ini. Dan tetap saja, Bob Sadino adalah sosok yang jauh lebih bisa “dinikmati” apabila dia “disantap” langsung, bak menyantap produk-produk Kemchicks yang sohor itu.
Selamat membaca.
Edy Zaqeus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar